Kaidah Bahagia Dalam Buku Tasawuf Modern Karya Buya Hamka
Kalau kita perturutkan, bahagia itu mempunyai kaidah sebanyak orang, sebanyak penderitaan, sebanyak pengalaman, sebanyak kekecewaan.
Orang fakir mengatakan bahagia pada kekayaan.
Orang sakit mengatakan bahagia pada kesehatan.
Orang yang telah terjerumus ke lembah dosa mengatakan bahwa terhenti dari dosa itulah kebahagiaan.
Seorang yang rindu atau bercinta, mengatakan hasil maksudnya itulah bahagia.
Seorang penganjur rakyat berpendapat, bahwa kemerdekaan dan kecerdasan umat bangsa yang dipimpinnya itulah bahagia.
Seorang perawan dusun bernama Asma binti Bahdal, yang dikawini oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan berkeyakinan bahwa bahagia itu adalah kembali ke dusunnya, di dalam pondoknya yang buruk walaupun sekarang diam dalam istana yang indah.
Seorang pengarang syair merasa bahagia jika syairnya jadi hafalan orang. Seorang jurnalis merasa bahagia jika surat kabarnya dan timbangan redaksinya dipahami orang.
Kita akan bertambah bingung . . . (Terusannya)