Para Pejuang Nafkah
Siang terik sekarang semakin panas. Hampir bisa membakar seluruh pembuluh keringat yang ada di badan kita. Berkucuran, menetes dan membasahi pakaian.
Hidup ini semakin keras. Berpadu dengan waktu bersaing dengan rintangan dan lika-liku kehidupan yang ada. Pengorbanan, isap tangis sendu ataupun haru yang datang tanpa kesengajaan.
Semakin ditempa, semakin dicoba, akan mengerti sejatinya hidup yang ia jalankan.
Dari mana, untuk apa, kepada siapa kita hidup didunia..?
Para Pejuang Nafkah. Tua muda, pria wanita. Bahkan ia yang sudah renta, demi memenuhi hak diri untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
Mungkin ada yang hanya berbekal dengan tinta hitam. Mengolah strategi dan pikiran cerdas mereka menuangkan sedikit coretan diatas kertas putih dan 1 tahun kedepanpun ia dan keluarganya sudah terjamin kebutuhannya.
Ada juga mereka yang memakai intelektual dan ilmu pengetahuan guna mendidik generasi muda dan mendapat mungkin hanya sedikit upah untuk jerih payahnya. Tak banyak memang nominalnya, tetapi orientasi mereka jauh diatas sebatas harta belaka.
Ada juga yang berbekal kemampuan Informatika nya, mengolah sekian banyak baris kode. Membangun aplikasi untuk digunakan banyak orang. Banyak dari mereka menganggap 4 jam sehari mata terpejam sudah nikmat luar biasa. Ada yang beruntung mendapat ganti payah yang sepadan, namun tak sedikit yang hanya “ucapan terimakasih” bahkan mendapat cacian karna secuil kesalahan.
Ada juga yang dengan sekuat tenaga menguras urat nadinya. Mengucurkan seluruh keringatnya, namun hanya untuk menutup hari ini saja. Besok..? Harus kuras tenaga juga.
Apapun jalan yang anda tempuh untuk menyambung kehidupan di dunia yang penuh kefanaan, jangan lupa untuk niatkan mempersiapkan kehidupan nyata setelah kematian yang semua kita akan alami, tanpa terkecuali.
Pekalongan, 30 Desember 2017.
.
.
Pict: istimewa, 30 Desember 2017 pukul 10.42 sekitar Pekalongan.