Urgensi Santri Menulis Catatan Ngaji
Santri merupakan julukan bagi seseorang yang sedang atau sudah melaksanakan pendidikan di Pondok Pesantren, baik itu pesantren salaf yang mengedepankan ilmu agama sebagai kajian rutin setiap hari, maupun pesantren modern yang cenderung lebih umum dalam kajian sehari-hari namun sama sekali tidak meninggalkan konsep religi dalam setiap pembelajaran. (makna santri menurut analisa saya sendiri)
Santri, baik dari pondok salaf maupun modern, setiap hari ditempa dengan berbagai macam kajian ilmu yang diajarkan oleh Kyai, Guru, Ustadz yang sudah berpengalaman dibidangnya. Santri dididik setiap 24 jam dalam 7 hari, atau bisa dibilang tidak ada waktu tanpa pendidikan di pesantren. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, bahkan ketika tidur pun harus dengan ilmu. Santri diajarkan berbagai macam ilmu, khususnya Ilmu Akhlak dan Agama.
Memandang pesatnya teknologi yang memang tidak bisa dibendung lagi, merupakan peluang bagi setiap santri untuk mencatat setiap ilmu yang didapat dengan media yang populer saat ini. Media seperti website, blog, portal islam, media sosial, dan lain sebagainya. Santri yang sudah mengeyam banyak pendidikan sudah seharusnya mengambil bagian untuk meramaikan media-media tersebut dengan kajian-kajian yang sudah mereka dapatkan.
Urgensi Santri Menulis Catatan Ngaji
Merupakan suatu panggilan dakwah bagi seluruh santri di tanah air, maupun di luar negeri untuk bersama mencatat dan menyebar luaskan kajian yang didapatkan di pesantren. Kajian Islam yang benar dan mencerahkan. Ini penting untuk mencegah maraknya beberapa ajaran, kajian dan pemahaman yang kiranya salah di kalangan masyarakat.
Belakangan ini ramai dibicarakan terkait salah satu pemuda yang mengaku dirinya sudah berhijrah, namun mungkin karena kekurang fahamannya, didepan umum, dan bahkan disebarkan lewat banyak media, menyebutkan tafsir Al Qur’an surat ad-Dhuha yang keliru dan sangat fatal jika pemahaman keliru itu masuk ke lubuk hati masyarakat luas. Untuk kasus ini bisa disimak DISINI.
Sebelumnya juga marak diperbincangkan, bahkan di gembor-gemborkan pemahaman khilafah yang harus dan dipaksakan untuk diterapkan di Indonesia. Ada beberapa akun media sosial yang mengaku sebagai akun dakwah, akun tauhid yang menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara Thoghut karena tidak menerapkan ajaran Islam secara utuh, padahal Indonesia dan Pancasila sebagai Dasar Negara merupakan hasil Ijtima’ Ulama dan para Pejuang Bangsa dahulu kala yang berjuang memerdekaan Republik Indonesia ini. Sistem yang sudah berjalan merupakan hasil musyawarah panjang dari para Ulama yang tidak diragukan lagi keilmuan serta keshalehannya dalam beragama, namun dengan entengnya disalahkan oleh sebagian orang yang cenderung “baru” dalam mempelajari agama Islam itu sendiri, bahkan mereka tidak tanggung-tanggung dengan menyebarkan isu sara yang menyebabkan perpecahan di Indonesia. Untuk jelasnya, bahwa Indonesia merupakan negara paling Islami di dunia penjelasan Gus Muwafiq bisa disimak DISINI.
Jika pemahaman keliru seperti itu dibiarkan beranak pinak dan berkeliaran di media internet yang tak terbatas ini, dan menjadi makanan sehari-hari serta tidak diimbangi dengan konten yang benar dan positif, maka sangat dikhawatirkan akan mudah diterima oleh masyarakat luas. Seperti pepatah bahwa “Kebohongan yang disebarkan terus menerus akan dianggap sebuah kebenaran”.
Saatnya Santri Menulis
Jika anda seorang santri, maka sudah saatnya tidak berdiam diri. Catat pelajaran atau ilmu yang sudah didapat. Selain sebagai catatan pribadi agar ketika lupa bisa dibuka lagi, lebih dari itu juga agar bisa disebarkan untuk ladang amal jariyah dan mewarnai hiruk pikuk internet dengan kajian dakwah yang benar dan damai.
Menulis, juga menjadi sebuah alternatif bagi santri yang mungkin masih minder / sering tidak percaya diri atau bahkan demam panggung ketika berbicara di khalayak umum. Beberapa santri mungkin tidak mampu untuk menyampaikan didepan orang banyak secara langsung, seperti saya sendiri yang terkadang langsung hilang ingatan ketika harus berbicara didepan banyak orang, maka tulisan bisa menjadi jalan yang bisa ditempuh untuk dakwah yang bahkan lebih luas jangkauannya.
Jika anda seorang santri dan ingin menuliskan catatan ngaji, namun belum memiliki media seperti website / blog pribadi, bisa mendaftarkan diri di santringaji.org. Disana kang / mbak santri bisa dengan mudah mendaftarkan diri untuk kemudian bisa menuliskan catatan ngaji.
Internet Merupakan Media Tanpa Batas
Mungkin ketika kita berpidato di mimbar, yang mendengarkan hanya puluhan, ratusan, atau kalau banyak ribuan orang, dan hanya didengar ketika itu juga. Berbeda jika diabadikan melalui media tulisan / gambar / video kreative dan disebarkan melalui internet, maka orang yang melihat tidak terbatas ruang dan waktu. Bisa diakses dimana saja dan kapan saja, tentunya jika terhubung. Sekali lagi, ini penting untuk meramaikan media online dengan konten positif dan mendidik, dengan ilmu dan kajian yang benar dan damai.
Demikian “Urgensi Santri Menulis Catatan Ngaji” yang bisa saya ulas disini, semoga bisa bersama difahami. Terlepas dari itu, saya termasuk hamba yang masih fakir ilmu, maka tegurlah saya dengan santun jika terdapat kesalahan dalam tulisan / perilaku saya.
Wallahu a’lam bisshowaab. Wallahul Musta’an.
Malang, 18-08-18,