Bakar Duit ala Start Up – Strategi Tidak Kreatif tapi Efektif

Bakar Duit ala Start Up - Strategi Tidak Kreatif tapi Efektif

Cara apa yang paling mudah agar konsumen pindah ke layanan anda? Gampang, kasih subsidi masif, jual rugi dibawah hpp. Kalau harga pasar 50rb, jual dengan 30rb, pasti rame. Dan inilah strategi yang lagi sering dipakai para unicorn atau startup raksasa.  .

Hari ini saya lewat stasiun gambir menemui Go-Pay mulai masif menyasar store offline. Padahal seingat saya seminggu lalu pas kesini belum ada. Diskon (baca: bakar duid) yang di gelontorkan tak main-main. Rata-rata store yang saya lewati menawarkan diskon 50% pakai gopay. Bahkan ini cfc cuma bayar 10 rebu tuk paket nasi dua ayam.  .

Loh, rugi dong. Gopay yang subsidi. Gopay nya dong yang rugi? Sorry, ilmu bisnis konvensional yang jualan itu harus untung dianggap sudah “kuno” bagi unicorn. Mereka berani rugi trilyunan demi user acquisition. Kalau duid abis tinggal buka funding lagi, ini aja gojek mau disuntik lagi 29 triliun. Nafas mereka masi panjang. Terus kapan BEP nya? Nganalisanya jangan pakai metode usaha konvensional, bakal ga temu. Yang di cari para investor unicorn ini, bukan profit sharing, mereka ga butuh startupnya untung, yang penting scaling dan valuasi naik terus. Baru deh investor ini ambil profit dengan jual saham mereka kalau unicorn ini ipo atau di akusisi.  .

Bagi pengusaha konvensional, hati-hati aja, kalau ada unicorn yang tiba masuk di industri anda dan ternyata pake cara bakar duid, siap-siap user anda kabur. Mau dilawan juga duid mereka tak terbatas. Terkesan tidak fair? Bagi pengusaha yang dimakan jelas iya, tapi konsumen kita malah seneng karena banyak diskon. Sudah ada beberapa sektor yang seperti ini. Cukup banyak menganggap ini sudah tidak sehat untuk ekosistem. Bagaimana pendapat anda?  .

Selamat datang di Industri 4.0, dimana logika bisnis umum bisa di bolak balik  .

Disclaimer: tulisan ini tidak bermaksud mengeneralisir semua startup seperti itu  .

Baca Juga  Dahsyatnya Istiqomah - Gambaran Hitungan Matematika

*Tulisan ini disadur dari Mahdi Bashroni Rizal.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *