Ember Anti Pecah
Biasanya, seorang saudagar akan menjaga dan merawat barang dagangannya dengan hati-hati. Calon pembelipun akan diperhatikan oleh saudagar itu agar jangan sampai merusak barang dagangannya ketika melihatnya. Bahkan ketika calon pembeli meleceti atau merusak barang tersebut, maka sang saudagar akan marah dan meminta gantinya.
Namun disatu sisi,
Beberapa hari lalu ketika melewati jalan, saya mendapati ada penjual ember yang dijuluki dan dipromosikan sebagai “Ember Anti Pecah”.
Namun, sang penjual sering kali membenturkan bahkan membanting-banting ember tersebut. Ember tersebut hendak “dirusak” oleh penujualnya sendiri didepan calon pembeli. Namun, tentu ini untuk meyakinkan bahwa ember tersebut benar-benar kuat dan tahan banting. Ember yang tidak akan lecet apalagi pecah walau berbenturan dengan benda lainnya dengan keras. Untuk menunjukan bahwa ember itu memang layak untuk mendapat julukan “Ember Anti Pecah”
Lalu, bagaimana Tuhan terhadap hamba-Nya..?
Terkadang kita sebagai manusia merasa memiliki cobaan yang begitu berat dirasa, beban hidup silih berganti tak ada ujungnya, atau gelap malam yang tak segera terbit terangnya. Dibanting-banting, seakan hendak dipecahkan dan dihancurkan, dibuat merana. Merasa bahwa hidup tak berpihak kepadanya,
Yaaa.. Semua manusia pernah merasakan rasa yang sedemikian rupa.
Namun, belajar dari seorang penjual “Ember Anti Pecah” bahwa sesuatu yang memang benar terjamin kualitasnya maka si empunya akan tidak segan untuk membuktikannya.
Begitu juga Tuhan dalam memberi cobaan kepada setiap hamba-Nya. Dia, Sang Maha mengetahui segala keadaan hamba, tidak akan memberikan cobaan yang dirasa berat jika Dia tidak yakin akan kualitasnya. Diberikannya cobaan yang seakan hendak “memecah”kan kondisi hamba agar nantinya terbukti kualitas dan kapasitasnya, sama sekali tidak akan benar-benar menghancurkan ciptaan-Nya sendiri.
Dalam Al-Qur’an Surat Al Baqarah ayat 286 disebutkan:
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”.
Perhatikan kalimat pertama dalam ayat tersebut. Bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan kecuali kita bisa melewatinya. Tentu kalimat ini bukan hanya moto atau kata mutiara yang terpampang di halaman awal skripsi, atau sebagai bio instagram dan twitter belaka. Namun kata tersebut sangat sarat makna yang seharusnya kita bisa memahaminya, walau hanya melalui “Ember Anti Pecah” yang justru cobaan tersebut akan membuktikan bahwasanya kita kuat dan berkualitas, serta pantas.
Harus tetap ber Husnudzon kepada Tuhan, dan berdoa agar kita dikuatkan dalam menghadapi setiap cobaan.
Wallahul Musta’an.