Seminar Nasional: Gerakan Sekolah Anti Terorisme

Seminar Nasional Gerakan Sekolah Anti Radikalisme.

Merupakan sebuah program yang diselenggarakan oleh segenap Duta Damai Dunia Maya Jawa Timur bertempat di SMAN 03 Kota Malang, Kamis 19 April 2018.

Pada Kesempatan ini, ada 3 pemateri yang menjelaskan secara gamblang bagaimana cara mempertahankan kesatuan dan persatuan Indonesia, terutama dalam segi pencegahan doktrin Terorisme.

Berikut beberapa cuplikan materi yang bisa saya share disini.

Wakapolres sebagai pembicara pertama menyampaikan pembahasan mengenai Mewujudkan Indonesia Damai dan Toleran tanpa Kekerasan.

Indonesia sebagai bangsa yang besar, berdiri diatas Kebhinekaan. Maka Indonesia mendapati tantangan yang sangat besar untuk bisa menjaga persatuan dan kesatuan.

Kemajemukan dan perbedaan SARA sering menjadi senjata yang dipakai pihak-pihak tidak bertanggung jawab untuk memecah belah persatuan bangsa Indonesia.

Berita hoax, intoleransi, dan berbagaimacam propaganda menjadi amunisi yang sangat sering dilontarkan oleh oknum yang tidak suka dengan persatuan Indonesia.

Radikalisme juga erat kaitannyanya dengan terorisme.
Berperan dalam menangkal radilakisme, merupakan tugas kita semua sebagai warga negara.


Kemudian salah seorang budayawan bernama aziz franklin juga turut menyampaikan materi terkait Indonesia damai dengan budaya.

Budaya yang diajarkan di Indonesia sejak zaman dahulu selalu mengajarkan dan menanamkan kepada generasi muda dan masyarakat luas untuk berbuat baik dan menjalin kehidupan dengan perdamaian.

Menanam pesan bijak melalui media seni, memungkinkan bisa sampai hingga ke lubuk hati.

Bergeraklah jika memang dirimu punya tujuan. Jangan hanya diam.!

Keterbatasan bukan alasan untuk tidak membuat suatu pergerakan.

Justru dengan bergerak, maka kita akan bisa berfikir sambil bergerak. Olah fikiran kita akan seakan dipaksa untuk mencari solusi demi tercapainya tujuan itu. Loo sudah bergerak, berarti bagaimana caranya untuk sampai.

Baca Juga  Berpura-pura Lupa

Jika tetap terdiam..? Maka kita akan terbelenggu didalam kenyamanan yang berlahan membunuh.


Brigjen Pol. Ir. Hamli selaku direktur pencegahan BNPT yang menyampaikan materi pada sesi selanjutnya juga membahas terkait bahaya doktrin aliran keras.

Doktrin terorisme sangat berbahaya bagi generasi muda. Bahkan bisa sampai mencuci otak.

Banyak motif yang dipakai aksi teror, salah satu yang paling besar adalah motif ideologi agama sebanyak 45.5%. Ini disebabkan oleh pemahaman nilai-nilai agama yang tidak tepat / keliru.

Spesifik pemahaman yang salah adalah perihal jihad merupakan hanya soal perang. Ini pemahaman yang sangat keliru. Juga dengan mudahkan mengkafirkan golongan lain, dan menganggap golongan dia sendiri paling benar.

Negara Indonesia adalah sebuah negara besar yang berdasarkan Pancasila yang dirumuskan oleh para Ulama, Kyai, Pejuang Bangsa untuk bisa menciptakan kedamaian.

Apakah para kyai dan ulama zaman dahulu kurang mengerri agama..? Tidak! Beliau-beliau adalah ulama yang sudah matang dan faham terkait konsep agama, namun mengapa tidak mendirikan negara Islam saja..? Karena mereka faham apa yang terbaik bagi Negara Indonesia dan Agama Islam itu sendiri.

Indonesia yang berdasar Pancasila sama sekali tidak membatasi Islam dan Agama lain untuk melakukan dan meyakini kepercayaan masing-masing.


Mungkin itu yang bisa saya share, semua tentu ingin hidup drngan damai. Walau berbeda-beda, namun satu jua dalam lingkup bangsa Indonesia yang Bhineka.

#damaiituindonesia

Salam damai, ardan7779.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *