Hukum Jasa Pemasangan Iklan Poker Dan Judi Online di Website Dalam Islam

Menimbang:

  1. Perkembangan teknologi zaman ini sangat pesat baik dari segi pendidikan, pemerintahan, dan berbagai segi lainnya. Termasuk juga industri periklanan yang sudah merambak kedalam dunia online berupa pemasangan iklan di website.
  2. Beberapa penyedia layanan judi dan poker online (selanjutnya disebut: judi online) mencoba melebarkan sayapnya dengan melakukan berbagai macam cara untuk promosi, diantaranya melalui spam komentar di banyak website, di akun seleb medsos, bahkan membayar di beberapa website yang telah memiliki trafik cukup banyak.
  3. Beberapa penyedia website yang sudah ramai trafik mendapatkan tawaran pemasangan iklan judi online dengan iming-iming nominal pemasangan iklan yang fantastis. Hal ini mendorong penulis untuk membahas permasalahan ini dengan lebih detail, yang nantinya bisa menjadi mawas penulis sendiri juga semoga bisa menjadi pembahasan lebih lanjut di kemudian hari.

Mengingat:

Firman Allah Subhamahu wa Ta’ala:

  1. Q.S. Al-Maidah: 90

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْاَنْصَابُ وَالْاَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.”

  1. Q.S. Al-Maidah: 91

اِنَّمَا يُرِيْدُ الشَّيْطٰنُ اَنْ يُّوْقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاۤءَ فِى الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ وَعَنِ الصَّلٰوةِ فَهَلْ اَنْتُمْ مُّنْتَهُوْنَ

“Dengan minuman keras dan judi itu, setan hanyalah bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu, dan menghalang-halangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan salat, maka tidakkah kamu mau berhenti?”

  1. Q.S. Al-Baqarah: 219

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ ۖ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا ۗ وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar[136] dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.” Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ” Yang lebih dari keperluan.” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir,”

  1. Q.S. Al-Maidah: 2

وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”

  1.  Q.S. An-Nahl: 25

لِيَحْمِلُوا أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمِنْ أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُمْ

“Mereka hendak memikul dosa-dosa mereka sepenuhnya pada Hari Kiamat dan (memikul) sebahagian dari dosa-dosa orang-orang yang mereka sesatkan.”

Hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

  1. Shahih Muslim 3107

صحيح مسلم 3107 : حَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ عَنْ يُونُسَ ح و حَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ أَخْبَرَنِي حُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ حَلَفَ مِنْكُمْ فَقَالَ فِي حَلِفِهِ بِاللَّاتِ فَلْيَقُلْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَمَنْ قَالَ لِصَاحِبِهِ تَعَالَ أُقَامِرْكَ فَلْيَتَصَدَّقْ و حَدَّثَنِي سُوَيْدُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ عَنْ الْأَوْزَاعِيِّ ح و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ كِلَاهُمَا عَنْ الزُّهْرِيِّ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَحَدِيثُ مَعْمَرٍ مِثْلُ حَدِيثِ يُونُسَ غَيْرَ أَنَّهُ قَالَ فَلْيَتَصَدَّقْ بِشَيْءٍ وَفِي حَدِيثِ الْأَوْزَاعِيِّ مَنْ حَلَفَ بِاللَّاتِ وَالْعُزَّى قَالَ أَبُو الْحُسَيْنِ مُسْلِمٌ هَذَا الْحَرْفُ يَعْنِي قَوْلَهُ تَعَالَى أُقَامِرْكَ فَلْيَتَصَدَّقْ لَا يَرْوِيهِ أَحَدٌ غَيْرُ الزُّهْرِيِّ قَالَ وَلِلزُّهْرِيِّ نَحْوٌ مِنْ تِسْعِينَ حَدِيثًا يَرْوِيهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُشَارِكُهُ فِيهِ أَحَدٌ بِأَسَانِيدَ جِيَادٍ

Baca Juga  Kaprah Lafadz Takbiran Yang Perlu Dililuruskan Menurut Mbah Maimoen Zubair

Shahih Muslim 3107: Telah menceritakan kepadaku Abu At Thahir telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb dari Yunus. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab telah mengabarkan kepadaku Humaid bin Abdurrahman bin ‘Auf bahwa Abu Hurairah berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berabda: “Siapa saja di antara kalian yang bersumpah dengan mengatakan dalam sumpahnya ‘Demi Lata’, maka hendaklah dia segera menyebut La Ilaaha Illallah. Dan barangsiapa mengajak temannya berjudi dengan mengatakan ‘Mari berjudi’, maka hendaknya dia bersedekah.” Dan telah menceritakan kepadaku Suwaid bin Sa’id telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Muslim dari Al Auza’i. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim dan ‘Abd bin Humaid keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq telah mengabarkan kepada kami Ma’mar keduanya dari Az Zuhri dengan isnad ini. Dan hadits Ma’mar seperti hadits Yunus, namun dalam haditsnya dia menyebutkan, “Hendaknya dia bersedekah dengan sesuatu.” Dan dalam hadits Auza’id disebutkan, “Barang siapa bersumpah dengan menyebut Lata dan Uzza.” Abu Husain Muslim berkata: perkataan ‘Mari berjudi, hendaklah dia bersedekah’, seperti ini tidak ada yang meriwayatkannya seorangpun selain Az Zuhri.” Perawi berkata: “Dan Az Zuhri juga mempunyai sekitar sembilan puluh riwayat yang dia riwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan perawi yang lain tidak ikut serta di dalam riwayatnya dengan isnad yang kuat.”

  1. Shahih Muslim 2674:

مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا

Baca Juga  Dunio Iki, Nek Terus Dituruti Gak Bakal Mari-mari

“Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, ia akan mendapatkan pahala seperti pahala-pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan, ia akan mendapatkan dosa seperti dosa-dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun.”

  1. Shahih Muslim 1017:

مَنْ سَنَّ فِـي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْءٌ  وَمَنْ سَنَّ فِـي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِـّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ

“Barangsiapa yang memberi teladan (contoh) perbuatan yang baik, ia akan mendapatkan pahala perbuatan tersebut serta pahala orang yang mengikutinya (sampai hari kiamat) tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa yang memberikan contoh kejelekan, maka ia akan mendapatkan dosa perbuatan tersebut serta dosa orang-orang yang mengikutinya (sampai hari kiamat) tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun”

Kaidah Fiqh

Mabadi Awaliyah, Kaidah ke 36:

ما حرم اخذه حرم اعطاؤه

“Sesuatu yang haram diambil, maka haram pula memberikannya”.

Ushul Fiqh:

الأصل في النهي للتحريم إلا ما دل الدليل على خلافه

“Asal lafadz yang menggunakan nahi adalah haram, hingga datang dalil yang menunjukkan hal lainnya.” (Lathaiful Isyarah)

Qoul Ulama:

  1. Hasyiyah al-Bajuri ‘ala Fath al-Qarib

وَإِنْ أَخْرَجَاهُ أَيِ الْعِوَضَ الْمُتَسَابِقَانِ مَعًا لَمْ يَجُزْ … وَهُوَ أَيِ الْقِمَارُ الْمُحَرَّمُ كُلُّ لَعْبٍ تَرَدَّدَ بَيْنَ غَنَمٍ وَغَرَمٍ

“Dan jika kedua pihak yang berlomba mengeluarkan hadiah secara bersama, maka lomba itu tidak boleh … dan hal itu, maksudnya judi yang diharamkan adalah semua permainan yang masih simpangsiur antara untung dan ruginya.”

  1. Is’ad al-Rafiq Syarh Sulam al-Taufiq

(كُلُّ مَا فِيْهِ قِمَارٌ) وَصُوْرَتُهُ الْمُجْمَعُ عَلَيْهَا أَنْ يَخْرُجَ الْعِوَضُ مِنَ الْجَانِبَيْنِ مَعَ تَكَافُئِهِمَا وَهُوَ الْمُرَادُ مِنَ الْمَيْسِرِ فِيْ اْلآيَةِ. وَوَجْهُ حُرْمَتِهِ أَنَّ كُلَّ وَاحِدٍ مُتَرَدِّدٌ بَيْنَ أَنْ يَغْلِبَ صَاحِبَهُ فَيَغْنَمَ. فَإِنْ يَنْفَرِدْ أَحَدُ اللاَّعِبَيْنِ بِإِخْرَاجِ الْعِوَضِ لِيَأْخُذَ مِنْهُ إِنْ كَانَ مَغْلُوْبًا وَعَكْسُهُ إِنْ كَانَ غَالِبًا فَاْلأَصَحُّ حُرْمَتُهُ أَيْضًا

“(Setiap kegiatan yang mengandung perjudian) Bentuk judi yang disepakati adalah hadiah berasal dua pihak disertai kesetaraan keduanya. Itulah yang dimaksud al-maisir dalam ayat al-Qur’an. [QS. Al-Maidah: 90]. Alasan keharamannya adalah masing-masing dari kedua pihak masih simpang siur antara mengalahkan lawan dan meraup keuntungan -atau dikalahkan dan mengalami kerugian-. Jika salah satu pemain mengeluarkan haidah sendiri untuk diambil darinya bila kalah, dan sebaliknya -tidak diambil- bila menang, maka pendapat al-Ashah mengharamkannya pula.”

  1. Burhanudin (ulama mazhab Hanafi, wafat tahun 616H) dalam Ibnu Batthal, Syarh shahih Bukhari, jilid V, hal 51-52:
Baca Juga  Keutamaan dan amalan malam nisfu sya'ban

Abu Al Qasim ditanya tentang hukum menjual sesuatu kepada orang yang butuh dan dikhawatirkan si pembeli menggunakannya untuk keperluan yang haram, apakah si penjual wajib menanyakan kepada pembeli untuk apa dia gunakan barang yang akan dibelinya? Ia menjawab: segala sesuatu sesuai dengan kegunaan barang pada umumnya hingga datang hal yang meragukan. Apabila uang milik seorang pembeli mayoritasnya adalah haram atau penjual dikenal sebagai orang yang terbiasa mendapat harta dengan cara haram maka yang terbaik menanyakan hal tersebut kepadanya, dan jika mayoritasnya adalah harta yang halal, maka tidak perlu ditanyakan.

  1. Ibnu Jauzi dalam Shaidul Khathir, hlm. 435:

مساعد الظلم ظالم. قال السجان لأحمد بن حنبل: هل أنا من أعوان الظلمة. فقال: لا. أنت من الظلمة. إنما أعوان الظلمة من أعانك في أمر.

“Pembantu kezaliman termasuk orang zalim. Seorang (tukang cambuk) berkata kepada Ahmad bin Hanbal : apakah saya termasuk pembantu kezaliman? Beliau menjawab : tidak, kamu termasuk yang berbuat zalim, pembantu kezaliman hanyalah orang yang membantumu dalam urusanmu.”

  1. Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari dalam Risalah Ahlussunnah wal Jama’ah

Berkata Imam Mujahid dalam menafsirkan Hadits Shahih Muslim 1017 dan ayat-ayat lain: “yaitu orang tersebut menanggung dosanya sendiri dan dosa orangorang yang mengikutinya, Dan tidak dikurangi sedikitpun.

Menetapkan

  1. Hukum asal dari membantu usaha orang lain dengan memasang iklan di Website adalah Boleh. Akan menjadi Sunnah jika usaha tersebut halal dan baik, namun bisa menjadi haram jika usaha tersebut juga haram.
  2. Jasa Pemasangan Iklan Poker Dan Judi Online di Website adalah Haram, karena sangat jelas hukum judi dalam Islam itu haram, dan tidak ada potensi transaksi halal didalamnya, sehingga hukum menyebarkannyapun haram.
  3. Jika menggunakan jasa pemasangan iklan yang random (seperti Google Adsense) agar melakukan filter iklan judi online agar tidak muncul di website.
  4. Bagi yang sudah pernah menyetujui jasa pemasangan iklan di website-nya, maka untuk segera bertaubat dan tidak mengulanginya kembali.

Ditetapkan: Malang, Senin 14 Robi’ul Awal 1441H / 11 November 2019M
M. Syauqi Hanif Ardani


Catatan diatas adalah catatan untuk tugas Bahtsu Masail di Madrasah Diniyah Nurul Huda. Pondok Pesantren Anwarul Huda Malang yang ditulis pada tanggal tertera diatas. Mohon maaf bila ada kesalahan penulisan. Jika ditemukan ada kekeliruan, silahkan disampaikan di kolom komentar, terimakasih.

Jika hendak melihat versi .docx nya, silahkan KLIK DISINI.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *