Doa dalam Al Qur’an, Al Kahfi ayat 10 serta keutamaannya.

Selamat berhari Jumat, wahai Ummat Nabi Muhammad SAW.. Ada beberapa amalan di Hari Jumat yang Berkah ini yang bisa kita lakukan, salah satunya berdoa kepada Allah SWT karena memang Hari Jumat merupakan salah satu waktu yang baik dan mustajab untuk berdoa.

Doa yang terkandung didalam al Qur’an adalah salah satu doa yang paling mustajab. Salah satunya doa ini, yang terdapat dalam surat al kahfi ayat 10. Dari maknanya saja sangat mengena. Bagaimana kita memohon kepada Sang Pencipta petunjuk yang lurus dan rahmat dalam aktifitas / urusan kita. Sehingga, setiap jengkal langkah dan keputusan yang kita ambil, Insyaallah merupakan yang terbaik dari-Nya.

Ketika dulu sempat sowan kepada pengasuh PP. Sunan Pandanaran, beliau KH. Mu’tashimbillah meyampaikan bahwa seorang pencari ilmu harus memiliki suatu amalan yang istiqomah ia laksanakan, paling tidak membaca doa tsb. Dibaca setiap ba’da sholat rowatib sebanyak minimal 3 kali. (Kurang lebih, Insyaallah redaksinya seperti itu).

Al Kahfi ayat 10

رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا

“Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami.” (Sura Al-Kahf, Ayah 10)

Ketika pelajaran Abah Yasin (salah satu guru sesepuh) di Pondok Pesantren Al Hikmah pun, beliau menyampaikan pentingnya doa itu.

Beberapa Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi di Hari Jum’at

Bahwa ganjaran bagi orang yang membaca surat Al-Kahfi pada malam Jum’at atau pada siang harinya akan diberikan cahaya (disinari). Dan cahaya ini diberikan pada hari kiamat, yang memanjang dari bawah kedua telapak kakinya sampai ke langit. Dan hal ini menunjukkan panjangnya jarak cahaya yang diberikan kepadanya, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ

“Pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka.” (QS. Al-Hadid: 12)

Balasan kedua bagi orang yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at adalah berupa ampunan dosa antara dua Jum’at. Dan bisa jadi inilah maksud dari disinari di antara dua Jum’at. Karena nurr (cahaya) ketaatan akan menghapuskan kegelapan maksiat, seperti firman Allah Ta’ala:

إن الحسنات يُذْهِبْن السيئات

“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (QS. Huud: 114)

Surat Al-Kahfi dan Fitnah Dajjal

Manfaat lain surat Al-Kahfi yang telah dijelaskan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah untuk menangkal fitnah Dajjal. Yaitu dengan membaca dan menghafal beberapa ayat dari surat Al-Kahfi. Sebagian riwayat menerangkan sepuluh yang pertama, sebagian lainnya keterangan lagi sepuluh ayat terakhir.

Imam Muslim meriwayatkan dari hadits al-Nawas bin Sam’an yang cukup panjang, yang di dalam riwayat tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Maka barangsiapa di antara kamu yang mendapatinya (mendapati zaman Dajjal) hendaknya ia membacakan atasnya ayat-ayat permulaan surat al-Kahfi.”

Dalam riwayat Muslim yang lain, dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat dari permulaan surat al-Kahfi, maka ia dilindungi dari Dajjal.” Yakni dari huru-haranya.

Imam Muslim berkata, Syu’bah berkata dalam Shahih Muslim, Kitab Shalah al-Mufassirin, Bab; Fadhlu Surah al-Kahfi wa Aayah al-Kursi: 6/92-93,

“Dari bagian akhir surat al-Kahfi.” Dan Hammam berkata, “Dari permulaan surat al-Kahfi.”

Imam Nawawi berkata, “Sebabnya, karena pada awal-awal surat al-Kahfi itu tedapat/ berisi keajaiban-keajaiban dan tanda-tanda kebesaran Allah. Maka orang yang merenungkan tidak akan tertipu dengan fitnah Dajjal”. Demikian juga pada akhirnya, yaitu firman Allah:

أَفَحَسِبَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ يَتَّخِذُوا عِبَادِي مِنْ دُونِي أَوْلِيَاءَ

“Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? . . .” QS. Al-Kahfi: 102. (Lihat Syarah Muslim milik Imam Nawawi: 6/93)

Semoga kita diberi kekuatan dalam menjalani cobaan, dan diberi rahmat dalam setiap kegiatan.

Hari Jum’at, jangan lupa membaca Surat Al Kahfi nya, minimal 10 ayat pertama 🙂


Jazaakumullahu khoiran katsiiraa.

Salam hangat, ardan7779.

Menilik Keistimewaan Doa Sholat Tahajud

Sholat Tahajud merupakan sholat sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan ketika 1/3 malam terakhir (menjelang fajar terbit) dan harus dalam keadaan sudah tidur terlebih dahulu. Waktu ini merupakan waktu yang sangat mustajab untuk berdoa kepada Allah SWT.

Kata ustadz saya dulu, ada sedikit perbedaan dalam Sholat Tahajud dan sholat sunnah lainnya. DIsamping pelaksanaannya yang harus tidur dulu walau sekejapan mata, namun juga cara Allah dalam mengabulkan doa-doanya.

Sholat sunnah lainnya, seperti Sholat Dhuha dan Sholat Hajat, akan meminta dengan jelas apa kebutuhannya. Jika dhuha, maka akan meminta kelancaran dan keberkahan rezeki, jika hajat maka meminta apa yang sedang dibutuhkannya.

Namun dalam Sholat Tahajud, Allah akan memberi berbagai macam kebaikan walau diri kita tidak memintanya secara lisan (berdoa dengan melafalkan apa yang diminta). Allah sudah maha tau apa yang kita pinta dan inginkan, sehingga dengan perantara Sholat Tahajud, Insyaallah, Allah akan mengabulkannya walau kita tidak terang-terangan meminta.

Berikut Ini Doa Sholat Tahajud

“Ya Allah bagi-Mu-lah segala puji, Engkaulah yang mengurus langit dan bumi serta semua makhluk yang ada pada keduanya. Dan bagi-Mu segala puji, Engkau Raja langit dan bumi beserta semua makhluk yang ada pada keduanya. Dan bagi-Mu segala puji, Engkau cahaya langit dan bumi beserta semua makluk yang ada pada keduanya. Dan bagi-Mu segala puji, Engkau Mahabenar, janji-Mu adalah benar, pertemuan dengan-Mu adalah benar, ucapan-Mu adalah benar, surga adalah benar, neraka adalah benar, para nabi adalah benar dan Nabi Muhammad Saw adalah benar serta hari kiamat adalah benar.”

“Ya Allah hanya kepada-Mu aku berserah diri, kepada-Mu-lah aku beriman, kepada-Mu-lah aku bertawakal, hanya kepada-Mu-lah aku kembali (bertaubat), kepada-Mu-lah aku mengadu, dan kepada-Mu-lah aku meminta keputusan, maka ampunilah dosa-dosaku yang telah lalu dan yang kemudian serta apa yang kusembunyikan dan yang kulakukan dengan terang-terangan dan apa yang lebih Engkau ketahui dariku, Engkau yang mendahulukan dan yang mengakhirkan, tiada Tuhan selain Engkau, dan tiada daya (unutk menghindar dari kemaksiatan) dan tiada kekuatan (untuk melakukan ibadah) kecuali dengan pertolongan Allah.”

Doa yang sebenarnya tidak terlalu panjang, namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, dipelajari dari doa tahajud diatas bahwa inti dari doa tahajud tersebut adalah agar dosa-dosa kita diampuni oleh Allah SWT.

Dari awal hingga akhir, semuanya adalah memuji, mengagungkan, memulyakan, meng-Esakan, meninggikan Allah SWT yang memang satu-satunya dzat yang pantas atas itu.

Dimulai dari Allahumma lakalhamdu, Yaa Allah, milik-Mulah segala puji. Kemudian mengakui bahwa Dzat-Nya, Janji-Nya, pertemuan dengan-Nya, Kalam-Nya, surga-Nya, neraka-Nya, para Nabi-Nya, serta Nabi Muhammad SAW sebagai utusan-Nya, serta hari kiamat adalah HAQ.

Kemudian berserah diri, hanya kepada-Nya kita memeluk agama Islam, beriman, bertawakkal, bertaubat, mengadu dan memutuskan.

Kemudian yang diminta dari doa tahajud itu, adalah “AMPUNILAH DOSAKU”.

Sampai disini, Allah SWT sebagai dzat yang Moho Welas, serta Moho Asih, saya yakin, Ia mengetahui apa yang ada didalam hati hamba yang berdoa, apa yang dibutuhkan, apa yang diminta, bukan sekedar apa yang sudah terucap dalam barisan lafadz doa. Namun, kita sebagai hamba yang penuh dosa, sekan tak pantas untuk seakan “menuntut” Allah SWT mengabulkan seluruh keinginan kita. Maka inti dari doa sholat tahajud itu adalah memohon ampunan kepada Allah SWT.

Wallahu A’lam bish-Showaab.


Purwokerto, 28 Desember 2018.

Al Fakiir ilaa Rahmatillah wa Syafa’ati Rasulillah, ardan7779.

Untuk Dosa Yang Kita Lakukan, Jangan Mengkambing-hitamkan Setan

Manusia, kita, mempunyai tugas utama dan yang paling utama.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku (saja)” (QS. Adz-Dzaariyaat: 56).

Ini berarti tidak ada perintah lainnya sama sekali, kecuali untuk beribadah kepada Allah SWT. Maka, usahakan dalam setiap kita melakukan sesuatu, walau itu urusan dunia, asal bukan maksiat, kita harus tetap dilandasi dengan niat beribadah kepada Allah SWT, kita niatkan untuk mendapatkan ridlo-Nya.

Namun, manusia juga sering melakukan kesalahan, kelalaian, dan perbuatan maksiat karena memang tidak ada manusia yang sempurna.

Iblis, ketika diusir dari surga karena enggan bersujud kepada Nabi Adam, bersumpah untuk menyesatkan ummat manusia agar lalai terhadap Tuhannya dan Allahpun mengabulkan permohonan Iblis.

Memang demikian, namun tidak berarti selalu menyalahkan godaan syetan ketika kita berbuat kemaksiatan.

Hawa Nafsu Manusia

Ada dua jenis nafsu yang berada pada dalam diri manusia. Yaitu nafsu Muthmainnah dan nafsu Lawwamah.

1. Nafsu Muthmainnah adalah nafsu yang membawa kepada kepada ketenangan jiwa, menjawab petunjuk atau hidayah dari Allah SWT sehingga terbebas dari maksiat dan tetap dalam keadaan tenang, tentram. Menjalankan perintah Allah SWT untuk tetap beribadah kepada-Nya.

2. Nafsu Lawwamah adalah nafsu yang membawa kepada keburukan. Walaupun telah mendapat hidayah agar tidak berbuat maksiat, namun tetap saja hati memberontak dan akhirnya melakukannya. Nafsu ini membawa kepada kegelisahan, tidak tenang dan selalu berfikiran negatif.

Setiap manusia mempunyai kedua nafsu diatas. Terkadang, salah satu lebih dominan dan mengalahkan yang satunya.

Ada pernyataan menarik yang saya dapat dari salah satu video yang menunjukan komentar dari salah satu makhluk ghaib yang merasuk ke tubuh manusia (dalam salah satu tayangan televisi), bahwa:

“Manusia tidak perlu digoda, sudah melenceng sendiri”

“Setan sekarang sedang bersantai-santai. Laa, Manusianya yang malah nyari setan, bukan setan mencari manusia”

Benar Saja!. Ketika syetan dibelenggu di Bulan Ramadhan, sehingga manusia muslim bisa lebih khusuk beribadah kepada Allah SWT dengan berpuasa, juga ibadah-ibadah lainnya, masih saja Manusia Muslim yang mengerjakan maksiat.

  • Tidak berpuasa
  • Pacaran
  • Mencuri
  • Bahkan Hasud dan menggunjing

Mengapaa..? Apa yang terjadi..? padahal pada bulan yang suci itu syetan sudah di nash bahwa mereka dibelenggu.

Dalam sebuah riwayat, bahwa Nabi Agung Muhammad SAW telah bersabda:

إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ ، وَفُتِحَتْ أَبُوَابُ الجَّنَةِ ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ

Artinya, “Ketika masuk bulan Ramadlan maka syaitan-syaitan dibelenggu, pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka ditutup,” (HR Bukhari dan Muslim). Selengkapnya simak di nu.or.id 

Untuk dosa yang manusia lakukan, jangan melulu mengkambing-hitamkan setan.

Inilah celah paling besar manusia dalam mendapatkan dorongan untuk berbuat maksiat. Yaitu Nafsu Lawwamah, nafsu yang buruk. Tidak melulu bahwa maksiat yang manusia, kita, lakukan adalah hasil jerih payah syetan dalam menggoda, namun kitalah sendiri yang sangat lemah dalam men-manage nafsu kita.

KITA SERING KECOLONGAN!

Membiarkan Nafsu jahat kita membelenggu kita untuk berbuat baik, malah terdorong untuk berbuat maksiat. Bukan karena syetan, tapi seringkali karena lemahnya iman yang menyebabkan nafsu jahat memperbudak kita.

Naudzubillah.. Astaghfirullah… Semoga Allah SWT mengampuni segala kesalahan kita.

Maka dari itu, mari kita sadar diri, mengakui segala dosa yang telah terlewati. Berusaha agar tidak terulang kembali. Semoga Allah SWT memberikan kita kekuatan untuk melawan Hawa Nafsu kita yang merupakan lawan terberat dalam diri manusia.

Laa Haula wa Laa Quwwata Illa Billah


Sekian, pembahasan singkat kali ini. Semoga bermanfaat. Kritik saran, silahkan tinggalkan komentar.

Syukron, jazaanallahu khair..

Setan Bahagia jika melihat ummat Nabi Muhammad SAW melakukan 3 hal ini

Ada tiga hal yang jika ummat manusia melakukannya, setanpun merasa bahagia:

1. Takut mlarat

Takut mlarat merupakan prasangka kurang baik yang hampir seluruh manusia memilikinya. Keadaan takut mlarat ini menyebabkan kekhawatiran yang berlebihan terhadap kekurangan hal duniawi, Sehingga membuat manusia malas beribadah, moh (enggan) zakat, MEDIT (pelit) dan sibuk hanya mencari harta, tahta, dan kesenangan lainnya.

2. Saling membunuh

Tak ada benarnya jika manusia saling bemusuhan, apalagi hingga melakukan pembunuhan. Mengambil nyawa seseorang merupakan hak prerogatif Allah SWT. Begitupun dengan bunuh diri, sangat tidak dibenarkan.

Seluruh manusia memiliki hak untuk hidup masing-masing. Allah telah menjamin rezeki setiap hamba-Nya dan begitupun juga menentukan sampai kapan umurnya.

3. Saling bertengkar

Hal ini yang sedang banyak terjadi di sekitar kita. Ada banyak konflik akhir-akhir ini yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Pertengkaran sama sekali tidak menyelesaikan masalah, malah menambah. Dan hal ini tentunya sangat disenangi oleh setan sebagai musuh haqiqi Ummat manusia. Setan tak suka manusia terutama ummat islam untuk semua bersatu.


Begitulah kiranya 3 hal yang membuat setan bahagia. Sekarang kembali kepada individu kita semua, apakah rela menjadi bahan tertawaan setan atau bergerak untuk melawan..?

Anda yang menentukan

.

Malang, 24 Maret 2018.

Disadur dari pengajian Jagad Sholawat, disampaikan oleh Ustadz Bayu selaku khodimul majlis. Mungkin dengan redaksi yang berbeda namun insyaallah maknanya sama.

Salam hangat, ardan7779.

Menengok Dunia, Memandang Akherat.

Dalam Menilai Duniamu, Tengoklah Kebawah. Namun Menilai Akheratmu, Mendongaklah keatas.

Jika kita merasa hidup kurang nikmat, atau selalu dilanda musibah yang begitu berat, kita perlu memperbaiki cara kita dalam menyikapinya hidup itu sendiri.

Berbicara mengenai soal dunia yang begitu banyak gemerlapnya, memang selalu menggiurkan didepan mata. Memiliki apa yang kita harapkan, menjadi apa yang kita idamkan. Manusia memang selalu memiliki keinginan.

Bagi seorang muslim, berbicara perihal akherat juga sangat penting. Mengharap keselamatan sesudah dikebumikan, mendapat kenikmatan abadi yang sudah dijanjikan dalam Al Qur’an, atau sekedar terhindar dari siksa api neraka yang menyakitkan.

Lantas..? Bagaimana agar kita tidak resah ketika hidup didunia .?

Ketika kita menghitung apa yang sudah kita dapat, seperti materi dunia, harta, kesehatan, dan lain sebagainya, maka tengoklah saudara-saudara kita sesama manusia yang statusnya ada dibawah kita dalam hal dunia.

Tengoklah kebawah. Kepada mereka yang tidak seberuntung kita mendapat apa yang sudah kita dapat. Rezeki, kesehatan jasmani dan rohani, dan lain sebagainya. Seberapa buruk nasib kita, masih ada yang lebih dibawah. Bukan berbangga diri, namun untuk sekedar mensyukuri.

Namun.

Dalam melihat perihal akhirat, mendongaklah keatas. Seberapa alim dan rajin ibadahnya kita, pasti masih ada yang lebih diatasnya.

Ketika melakukan kebaikan atau ibadah, jangan melihat kebawah kepada orang2 yang belum melakukan. Nanti malah bisa berbangga diri dan merasa puas dengan apa yang sejatinya belum apa-apa. Mendongaklah keatas, lihat mereka salafunasholih yang begitu taatnya, sehingga kita termotivasi untuk lebih baik dan lebih baik lagi.

Akhirul kalam. Semoga dunia yang kita dapat dan akhirat yang kita panjat, bisa membawa kita menuju Ridlo-Nya.


Disadur dari ngaji pagi Ba’da Shubuh.

Salam hangat, ardan7779.

Jangan sungkan. Tinggalkan komentar jika ada pendapat atau bertanya. Kritik saran yang membangun juga silahkan.

Perbaiki Niat Memperbaiki Diri

Sebelumnya, mohon maaf bila mungkin postingan ini ada yang kurang berkenan dihati anda. Ini merupakan pendapat saya yang menemukan fenomena di sekitar, yang menurut saya perlu diluruskan agar tidak muspro kedepannya. Untuk mengurangi kesalah fahaman, domohon sobat membaca sampai akhri post ini.

Sebagian anda, termasuk saya. Semua menginginkan menjadi pribadi muslim yang lebih baik, mulai dari segi berperilaku, beribadah, berakhlak, dan lain sebagainya. Ini sangat baik bagi semua yang mengusahakannya. Menjadi Manusia yang penuh dengan kekurangan, memperbaiki diri adalah suatu hal yang sangat diperlukan.

Ada yang mulai memperbaiki diri dengan cara berpakaian yang rapi. Yang cowok bercelana panjang dan berbaju rapi, yang cewek memakai hijab syar’i. Ada juga yang mulai setiap malam mengaji, bangun malam untuk sholat tahajjud, menghadap kepada Sang Ilahi.

Ada juga yang mulai menyisihkan uang jajan untuk sekedar berbagi, bersedekah ke lembaga pendidikan, masjid, maupun panti. Memenuhi panggilan illahi, menuju masjid dan mulai ikut kajian islami. Ada yang memulai dengan memperbaiki ucapan dalam segala interaksi, menanamkan kalam ilahi disetiap obrolan santai ataupun diskusi. Subhanallah, Masyaallah, Allahu Akbar, menjadi lazim keluar dari lisan semoga juga dari hati.

Perumpamaan memperbaiki diri diatas adalah sangat baik, lalu apa yang harus diperbaiki..?

Saya beberapa kali menemukan, atau mungkin saya pernah melakukannya, status di facebook, instagram, whatsapp story, dll pembahasan perihal jodoh. Tak lupa, banyak juga akun-akun yang menyemangati para kaum Jomblo untuk bersabar dan memperbaiki diri agar jodoh yang dinanti segera hadir menyapa diri.

“Perbaiki dirimu, maka jodohmu juga akan baik”, “Jodoh adalah cerminan diri, maka perbaikilah dirimu”, “Bismillah, istiqomah sholat tahajjud, semoga bisa ketemu jodoh yang terbaik”, “Tetap sabar dan ikhlas, agar mendapat jodoh yang berkelas”.

Well. Amaliyah yang dilakukan sangat mulia, sangat dianjurkan bagi siapa saja. Namun, ada sisi yang perlu diperhatikan disini.

PERIHAL NIAT

ٍعَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)

Hadis diatas menjelaskan tentang niat. Dari sekian penjelasan yang bisa didapat dari hadis diatas, saya akan fokus perihal barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah. Bahwa kita akan mendapatkan seperti apa yang kita hijrahkan, apa yang kita niatkan. Jika kita Sholat Khuesuk agar dilihat sebagai orang alim, maka yang kita dapat hanya dilihat sebagai orang alim, tidak lebih. Jika kita mendonasikan banyak harta agar dilihat sebagai orang dermawan, maka yang kita dapat ya itu, tidak lebih.

Kembali ke permasalahan memperbaiki diri. Jika kita memperbaiki diri hanya karena ingin mendapatkan jodoh yang diinginkan, maka yang kita dapat hanya jodoh itu sendiri, tidak lebih. Padahal, dalam setiap amalan yang kita lakukan, jika dilaksanakan secara ikhlas mencari ridlo Allah, maka insyaallah begitu banyak kebaikan yang akan kita dapatkan, termasuk jodoh itu sendiri.

Rahmat Allah bagi hambanya yang bertaqwa, jauh lebih besar dari sekedar jodoh yang kau pinta.

So. ayo sama-sama perbaiki diri. Tapi ingat, ridlo Allah harus tetap jadi orientasi. Insyaallah, jodoh bakal ‘ngetut mburi’.

Jodoh boleh di incar, boleh dicari. Tapi jangan sampai menciutkan niat ibadah didalam hati.

Jika ada kritik saran, atau menyampaikan pendapat, jangan sungkan untuk menulisnya di kolom komentar dibawah ini. Syukron Jaziilan.

Wallahu a’lam Bishowaab.

Salam Hangat, ardan7779.

Makna dan Filosofi dari 7779

Assalamu’alaikum.

Izinkan saya untuk membahas perihal pertanyaan yang kerap kali disampaikan oleh banyak rekan, sahabat dan kerabatku terkait dengan pencantuman embel-embel 7779 yang saya gabung setelah nama ardan, di hampir setiap akun sosial maupun bisnis termasuk personal blog ini.

Apa sebenarnya makna 7779..?

Sebelumnya, saya merupakan seorang yang pernah mengenyam pendidikan pesantren dan Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Sunan Pandan Aran yang bertempat di Ngaglik, Sleman, Jogjakarta. Dan artikel disini saya tulis berdasarkan apa yang saya dapat dari rekan, sahabat, dan sumber lain.

Singkat cerita, disana saya mengenyam pendidikan pesantren dan Madrasah Tsanawiyah. Dan ada beberapa versi yang saya dapat terkait dengan 7779 ini.

Berawal dari cerita gang di area pondok yang sejak dulu diberi nama Gang 7779, ada juga yang menyebutkan bahwa berasal dari plat nomer Yai yang bernomer 7779, juga ada yang menganggap bahwa 7779 merupakan slogan yang lazim dipakai dikalangan Pondok.

7779 Dibaca dengan bahasa jawa, means: Pitu Pitu Pitu Songo, yang berarti Pitutur, Pitulung, Pituduh, Manut Wali Songo. Lalu apa makna dari semua itu..?

Pitutur

Kita sebagai manusia yang hidup didunia harus bisa mengendalikan Pitutur kita, Omongan kita dalam kehidupan sehari-hari, dalam bermuamalah dengan manusia lain. Menjaga Pitutur dari perbuatan yang dilarang dalam syareat. Berbohong, mencaci, ghibah, dan maksiat lisan lainnya yang bisa mengundang dosa. Selain itu, kita juga harus bisa untuk menyebarkan Pitutur yang baik.

Dalam Al Qur’an Al Kariim, Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًايُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenengan yang besar” [Al-Ahzab : 70-71]

Rosulullah SAW juga menyampaikan Khabar, dalam kitab Shahih Al-Bukhari no. 6475 dan Shahih Muslim no. 74 meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda.

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam”

Sedikit Cuplikan Ayat dan hadits diatas setidaknya menyadarkan kita bahwa pentingnya menjaga pitutur dalam setiap aktifitas kita, dalam kehidupan sehari-hari kita.

Pitulung

Manusia sebagai makhluk sosial, yang tidak luput dari ‘memerlukan’ manusia yang lainnya dituntut untuk selalu berinteraksi dengan baik antar sesama. Tidak terpaku kaku dengan perbedaan yang ada, karena semua itu adalah sunnatullah yang mesti kita terima.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْناكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثى وَجَعَلْناكُمْ شُعُوباً وَقَبائِلَ لِتَعارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Qs. al-Hujurat: 13)

Maka dari itu, sesama manusia harus saling tolong menolong, membudayakan pitulung kepada sesama agar terjalin hubungan yang harmonis dan tidak semena-mena.

Pituduh

Manusia sebagai hamba yang banyak sekali kekurangannya, terlebih dalam hal ruhani yang sering lupa akan tugas utama untuk beribadah kepada Sang Pencipta, harus saling mengingatkan antar sesama.

Dewasa ini, sudah begitu banyak media yang bisa dimanfaatkan untuk saling berbagi pituduh kepada jalan kebenaran. Ajakan berhijrah menjadi lebih baik, dan saling memperbaiki kualitas taqwa.

Allah Ta’ala berfirman,

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imron: 110)

Maka, marilah kita saling mengingatkan, memberi pituduh ke jalan kebaikan. Toh, sudah begitu banyak media yang bisa kita manfaatkan.

Manut Wali Songo

Saya sendiri, mungkin juga termasuk anda, adalah berkebangsaan Indonesia yang berdarah Jawa. Aku Wong Jowo, Kowe Kate Lapo, eeh–.

Tanah jawa dengan populasi mayoritas beragama Islam, tak bisa dipisahkan dengan jasa para waliyullah, terutama yang berjumlah 9 a.k.a Wali Songo, yang telah menyebarkan agama Rahmat ini dengan penuh kedamaian sehingga bisa diterima oleh masyarakat luas. Mungkin, tanpa adanya wali songo, tanah jawa ini bahkan Negeri Indonesia tidak akan bisa menjadi salah satu populasi manusia beragama Islam terbesar di dunia.

Berdakwah dengan lembut, menyentuh hati dengan hati, bukan dengan emosi. Yash, begitulah wali songo dalam berdakwah. Tak ada paksaan, hinaan, cacian, apalagi kedzaliman terhadap masyarakat dari etnis lain (kala itu tanah jawa mayoritas hindu dan budha), karena begitu pulalah yang diajarkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW.

Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus harus bisa Manut Wali Songo, menjalankan nasihat dan ajaran yang mereka tinggalkan. Menjadikan mereka sebagai suri tauladan kita dalam hidup keseharian.


Mungkin itu sedikit perihal makna 7779, paling tidak menurut apa yang saya fahami selama ini. Mungkin ada versi lain, makna lain, Tapi pastilah menuju kepada sebuah nasehat yang bisa kita ikat dalam bermuamalat. Semoga artikel singkat ini bisa bermanfaat.

Jangan sungkan bila ada komentar / saran kritik bagi saya. Silahkan tinggalkan di kolom komentar.

Salam Hangat, ardan7779.

Exit mobile version