Catatan Pendakian Gunung Sumbing Sindoro Juli 2018 (part 1)

Pemandangan Pos 3 dari Atas Pasar Watu
Pemandangan Pos 3 dari Atas Pasar Watu

Lebaran tahu ini, Syawal 1439H / 2018M menjadi lebaran yang sedikit berbeda dengan biasanya, karena saya sendiri diberikan nikmat sebuah cobaan untuk beristirahat total dirumah tepat mulai h-2 hingga beberapa hari setelah lebaran. Keadaan ini juga membuat saya sedikit khawatir jika rencana untuk melakukan pendakian ke SUSI (Sumbing Sindoro) tidak terlaksana, bukan hanya karena sakit yang diderita namun juga terkait izin orang tua.

Namun, alhamdulillah saya diberikan nikmat lebih sehingga saya cepat pulih dan melakukan aktivitas seperti biasa, serta bisa ‘membayar’ silaturrahim ke karib, saudara yang sempat tertunda di awal-awal lebaran. Keadaan tubuh saya semakin pulih sehingga orang tua ‘memberanikan diri’ untuk memberikan saya izin melakukan pendakian. Ini menjadi penting, karena dalam setiap perjalanan peran doa dan ridlo orang tua itu sangat mempengaruhi proses jejak langkah kedepan, bukan hanya soal pendakian tetapi juga dalam setiap kegiatan.

Ok, Saatnya membahas ke topik inti.

Pendakian Ke SUSI (Sumbing Sindoro)

Saya bersama tim, awalnya 4 orang sebut saja Ar, Jik, Ul, dan Ik yang merupakan tim pendakian ke Gunung Slamet tahun lalu merencanakan pendakian awal bulan Juli. Namun karena sedikit kendala, maka kita jadinya bertiga, si Jik dan Ul tidak bisa ikut dan akhirnya tinggal Saya (Ar), Ik, dan Bim.

Saya tinggal di Purwokerto, Ik dan Bim tinggal di cilacap. Maka disepakati bahwa meet point kita berada dirumah saya sendiri agar lebih enak untuk beristirahat dan cenderung lebih dekat ke bascame SUSI. Ditentukan tanggal berkumpul adalah tgl 1 Juli guna mempersiapkan segala sesuatunya, agar besoknya tgl 2 Juli pagi-pagi bisa langsung berangkat ke basecamp kledung.

Berangkat Pagi-Pagi

Seperti tahun kemarin ketika ke slamet, kami mempersiapkan dan packing barang2 1 hari sebelum berangkat dan dari rumahku (meet point) berangkat pagi-pagi sehingga sampai basecamp siang hari dan bisa langsung memulai pendakian agar sore hari / petang sudah sampai area camp dan bermalam disana.

Kami menyewa beberapa peralatan pendakian yang belum kami punya di depan basecamp sindoro, agar beban ketika perjalanan memakai motor tidak terlalu berat. Kami menuju basecamp sindoro terlebih dahulu karena tempat penyewaan ada didepannya (namanya Mbak Wasini), sampai disana sekitar pukul 11.30 WIB. Kami bersiap-siap packing ulang dan memastikan keperluan mencukupi serta tidak terlalu banyak. Barang yang tidak dibawa ke Sumbing, kami titipkan.

Memulai dari Sumbing

Kami memulai pendakian mulai dari sumbing, karena menurut berbagai macam sumber, Gunung Sumbing memiliki trek yang lebih berat dari pada Sindoro. Ini bertujuan agar masih awal tenaga masih kuat, ambil dulu yang lebih berat untuk selanjutnya menuju Sindoro yang cenderung lebih ringan agar bisa menggunakan ‘sisa-sisa’ tenaga.

Peta Pendakian Gunung Sumbing

Peta Pendakian Gunung Sumbing

Kami memulai pendakian ke Sumbing jam 13.30 WIB dan memakai ojek seharga 25K, mengingat untuk menghemat waktu dan tenaga untuk dipakai besoknya di sindoro. Benar saja, jarak antara basecamp ke pos 1 sangat jauh dan menanjak, lebih parahnya merupakan jalan bebatuan yang cenderung lebih panas dan membuat cepat capek. Jika berjalan, sekitar 2 jam jalan. Memakai ojek sekitar 20 Menit. Karena ngojek, sesampainya pos 1 kami langsung mengambil beberapa foto dan langsung berangkat.

Baca Juga  Pendakian Gunung Sindoro Sumbing via Kledung Juli 2018 (part 2)

Benar saja, trek setelah pos 1 Sumbing langsung menanjak, walau jalannya masih nyaman untuk ditapaki. Jalan antara pos 1 dan pos 2 masih nyaman dan teduh karena masih banyak pohon yang menyelimuti. Sesampainya di POS 2, kami istirahat sejenak dan melanjutkan perjalanan ke pos 3.

Di POS 2 terdapat warung yang menyediakan berbagai macam jajanan dan Minuman panas / dingin. Juga tersedia mendoan (jika tidak kehabisan πŸ˜€ ).

Engkol-engkolan: Bukan tempat orang-orang manja

Setelah pos 2, baru akan terasa bagaimana rasa sebenarnya dari Sumbing. Engkol-engkolan, Bukan tempat orang-orang manja. Ya, benar saja. Ini merupakan trek yang tersulit dari sumbing, ketika kami disana sedang musim kemarau, penuh dengan debu yang bahkan bisa menenggelamkan sebagian kaki. Sangat berdebu ketika kemarau dan mungkin akan sangat licin jika musim hujan. Jalan yang extreem menanjak, tidak ada pohon tindang yang meneduhkan. Panas sengatan matahari langsung menyapa kulit kita. Sangat disarankan menggunakan masker dan kacatama untuk melindungi hidung dan mata dari debu.

*Video Engkol-engkolan Gunung Sumbing, from izhoer07 (ig)

Trek extreem ini lumayan panjang, bahkan lebih panjang dari Tanjakan Setan yang ada di gunung buthak. Perlu kesabaran dan semangat yang tinggi, manajemen nafas harus ditata dengan benar, serta jangan terlalu banyak minum karena hanya akan menambah beban lutut kita semakin berat. Minumlah secukupnya, membasahi tenggorokan dan dahaga, jangan berlebih serta jangan terlalu sering. Jika capek, jangan dipaksakan, berhenti sejenak dan atur nafas, setelah nafas stabil dapat dilanjutkan kembali.

Jika ada orang turun gunung di engkol-engkolan akan semakin parah, karena debu yang bertebaran akan semakin banyak. Jangan putus asa di engkol-engkolan, karena setelah itu akan mendapatkan sesuatu yg spesial.

View Cakep sebelum POS 3

Setelah melalui lika liku engkol-engkolan, jalur pendakian menjadi lebih bersahabat dengan kaki dan hidung serta mata kita. Bahkan, ada bonus yang ‘wah’ disini jika sobat semua sampai ketika sore hari / menjelang senja. Ya! Melihat mentari berada disamping Gunung Sindoro membuat lelah perjalanan seakan terbayarkan.

View sesudah melewati engkol-engkolan sebelum POS 3

Tempat ini berada di sebelah kanan (waktu naik) dan cenderung tidak kelihatan. Rekan saya Ik yg menemukannya ketika hendak beristirahat sejenak.

Berspose dengan sang Mentari

Berspose manja dengan sang Mentari

Pemandangan awan yang meliuk-liuk mesra dan mentari yang menampakkan indahnya, menikmati samudra awan yang seakan kasur tempat tidur, sungguh menawan. Namun, mungkin gambar yg dihasilkan di foto2 kurang mengena karena kualitas kamera HP yang apa adanya.

Baca Juga  9 Sensasi Melakukan Pendakian Malam Hari

Sampai di POS 3

Tidak lama setelah itu, sekitar 10 menit kami sampai di POS 3 ketika pukul 17.00 WIB ketika matahari sedang bersiap-siap untuk terlelap di ufuk barat sana. Pemandangan di pos 3 pun amat indah, mega merah dan angin dingin namun sejuk menemani kami dan menyapu keringat hingga tidak tersisa lagi.

Pemandangan Sunset di POS 3 Gunung Sumbing

Pemandangan Sunset di POS 3 Gunung Sumbing

Di Pos 3 kami banyak berjumpa dengan pendaki lain dan banyk pula tenda yang sudah berdiri. Sambil menikmati senja, kami bertiga mulai menata barang dan mendirikan tenda di pos 3. Untuk area camp, bisa di POS 3 atau di atasnya pos 3 (naik sedikit lagi sekitar 5 menit).

Pemandangan Sunset di POS 3 Gunung Sumbing

Pemandangan Sunset di POS 3 Gunung Sumbing

Selesai mendirikan tenda dan barang-barang sudah tertata, mulailah langit menjadi gelap. Kami mulai banyak ngobrol sesama pendaki dari berbagai daerah dan mulai memasak nasi serta menyeduh susu dan kopi. Menikmati pahitnya kopi, serta manisnya susu ditengah dinginnya suasana membuat saat itu semakin terasa syahdu. Kami memasak sarden untuk lauknya agar lebih cepat matang (karena sudah terlalu lapar, hehe). Setelah semua matang, kami menyantap lahap-lahap.

Pendakian Gunung Sumbing (dan Sindoro) (8)

Masakan ala kadarnya, yg penting kenyang dulu πŸ™‚

Setelah kenyang perut terisi, malam dan dingin semakin menjadi. Kami mulai bersiap untuk beristirahat. Namun sebelum itu, perlu bersyukur kepada Allah atas segala kelancaran perjalanan hingga titik ini. Sholat Isya dan Maghrib di jama’ qoshor agar menghemat persediaan air ketika wudlu, juga supaya tidak kedinginan lebih lama πŸ˜€

Beruntung tenda samping ada yang membuat perapian, sehingga bisa untuk bergabung dan berbagi kehangatan. Sekitar pukul 9 malam pun, ditemani berjuta bintang, kami mulai terlelap.

Pendakian Dinihari (Walau Molor hingga Jam 4 Pagi)

Kami berencana untuk melakukan Summit Attack (Perjalanan ke Puncak) jam 3 pagi untuk mengejar munculnya Sang Mentari. Saya mulai bangun jam 2 an pagi, lebih karena kedinginan, namun 2 rekan saya masih terlelap. Saya langsung membuat susu dan kopi panas untuk menghangatkan badan, juga pemancing rekan saya agar bangun. Setelah itu, kami memasak mie untuk mengganjal perut sebelum pendakian agar terhindar dari maag. Tetek bengek, dan jadilah kami siap memulai pendakian jam 4 Pagi.

Jalan setelah pos 3 juga menanjak dan berdebu, walau tidak terlalu parah seperti engkol-engkolan karena masih pagi dan dingin. Banyak rekan pendaki lain yang juga melakukan summit attack. Melalui jalan berbatu (pasar watu) dan berkelok, serta menanjak harus dilalui. Ditengah perjalanan sekitar jam 5, kami mencari tempat landai untuk sejenak melaksanakan Sholat Subuh. Berwudlu dengan sedikit air yang dibawa (asalkan rukun wudlu terpenuhi) dan sholat bergantian, karena tempat hanya bisa dipakai 1 orang, beralaskan rain cover karena lupa tidak membawa sajadah.

Pemandangan Pagi di sekitar pasar watu Gunung Sindoro

Pemandangan Pagi di sekitar pasar watu Gunung Sindoro

Perjalanan dari POS 3 menuju puncak sekitar 3 jam. Dengan disuguhi pemandangan luar biasa indah, serta disamping kiri-kanan terdapat pohon Edelweish nan indah, boleh dilihat, boleh diraba, namun tidak boleh di ambil / dipetik karena merupakan bunga yang dilindungi. Jika sobat semua nekad memetik edelweish dan tertangkap kamera, siap-siap saja menerima ancaman pidana, dan lebih parahnya juga mendapat bully bertubi-tubi dari nitizen Indonesia :D.

Bunga Edelweis Gunung Sumbing

Bunga Edelweis Gunung Sumbing

Pendakian Gunung Sumbing (dan Sindoro) (12)

Beristirahat Sejenak

Karena kami telat berangkat dari POS 3, akhirnya tidak bisa menyapa mentari keluar dari timur, namun masih bisa menikmati indah pesona cahayanya, berbaur dengan embun pagi dan angin rindu. Di setiap perjalanan ini, gunung Sindoro selalu menemani dibelakang seakan berseru supaya terus melaju.

Baca Juga  5 Alasan Mengapa Memilih Gunung Bromo Sebagai Destinasi Utama Wisata Anda

Kami sampai puncak sekitar pukul 7 Pagi (perjalanan dari pos 3 ke puncak, 3 jam) dan sudah mulai terang, namun pemandangan yang disuguhkan tetaplah mempesona.

Yaa! Beginilah perjuangan menggapai tinggi yang tak pernah membuat sakit hati.

Lelah capek pegal semua terbayar dengan begitu indahnya ciptaan Tuhan.

Samudra Awan Puncak Gunung Sindoro

Samudra Awan Puncak Gunung Sumbing

Kawah Gunung Sumbing

Kawah Gunung Sumbing

Pendakian Gunung Sumbing (dan Sindoro) (22)

Pemandangan Gunung Sindoro dari Puncak Gunung Sumbing

Beranjak Pulang

Setelah beberapa kali menikmati suasana dan mengambil beberapa foto, kami turun dari puncak sekitar pukul 8. Seperti biasa, perjalanan turun cenderung lebih cepat dari pada naik, sekitar 2 kali lebih cepat. Di perjalanan pulang ini, perlu diperhatikan untuk tidak terlalu banyak membuat debu dengan berselancar di atas tumpukan debu, karena akan mengganggu pendaki lain. Cukup berjalan dengan hati-hati, sesekali berlari jika memungkinkan.

Pemandangan Pos 3 dari Atas Pasar Watu

Pemandangan Pos 3 dari Atas Pasar Watu

Kami sampai tenda sekitar jam 9.30 WIB dan langsung menyiapkan masakan. Masak nasi, tempe tepung, dan sosis, juga telur. Setelah itu beristirahat sejenak serta ngobrol ramah tamah dengan pendaki dari daerah lain, untuk kemudian mulai turun jam 12 siang.

Sama dengan waktu berangkat, turunpun kami harus melewati engkol-engkolan yang berdebu.

Menikmati mendoan di POS 1

Sekitar pukul 2 kami sampai di POS 1 dan langsung merebahkan badan, serta memesan mendoan untuk asupan. Kami turun menggunakan ojek, sekali lagi untuk efisiensi tenaga dan waktu untuk melakukan pendakian selanjutnya ke Gunung Sindoro. Juga karena perjalanan turun merupakan perjalanan terberat bagi lutut dan betis, mengingat beban badan lebih berat ditopang. Kalo kata iklan si, Jalan Kaki = 2 kali,Β Naik tangga = 3 kali , turun tangga = 5 kali berat badan, sama halnya dengan pendakian.

Sampai di Basecamp Sumbing, kami langsung menuju pos Kledung Sindoro untuk melaksanakan Sholat Dhuhur Ashar Jama’ dan kemudian beristirahat disana juga mempersiapkan barang untuk pendakian selanjutnya.

Alhamdulillah, perjalanan pendakian Gunung Sumbing lancar tanpa halangan suatu apapun, cuaca bersahabat dan bisa turun dengan selamat.


Demikian perjalanan Ke SUSI (Sumbing Sindoro) part 1, semoga bisa menjadi catatan perjalanan yang akan saya kenang di esok hari, dan terlebih bisa menjadi gambaran sobat bagaimana medan dan suasana disana.

Bagaimana pendapat anda..? Ada kesan atau pertanyaan, silahkan tinggalkan jejak di kolom komentar.

Selanjutnya, perjalanan ke Gunung Sindoro Lanjut ke Post Berikutnya yaaa.. Langsung Saja KLIK DISINI (Part 2)! πŸ˜€

You may also like...

6 Responses

  1. Bajo Tour says:

    Puncaknya di atas awan… Luar biasa!

  2. Dani Muharam says:

    cakep banget

  3. pramesti ines ines says:

    mas dari pos garung ke pos kledung sindoro kmrn naik apa?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *