Kalimat ‘Allah’ Sebagai Nama Seseorang
Assalamu’alaikum.. Selamat Malan, sobat.
Mengingat ketika saya dan rekan saya sedang memimpin diskusi dalam pembelajaran tasawuf semester tiga kemarin yang sedang membahas tentang Integrasi Filsafat dan Agama, ada pertanyaan dari teman peserta diskusi yang mungkin menyimpang dari pokok pembahasan, tapi menarik untuk dibahas lebih dalam.
Ketika sesi pertanyaan dimulai, ada yang mengacungkan tangan dan bertanya, kiranya seperti ini:
“Bolehkan kita sebagai manusia memakai nama ‘Allah’ untuk nama manusia ?”
Pertanyaan singkat itu langsung membawa saya bernostalgia, mengingat penjelasan salah satu guru saya ketika dipesantren.
Kita sebagai hamba Allah SWT, sudah seharusnya menghormati dan mentaati-Nya. Disamping kita juga harus menjauhi segala larangan dan menjalani perintahnya, kita juga harus menjaga perilaku kita dari hal-hal yang bersifat (atau juga hanya dikhawatirkan) mencela ataupun merendahkan keagungan Allah SWT.
Maka, sungguh tidak lazim jika nama ‘Allah, Arrohman, Arrohiim, dll’ dijadikan sebagai nama seseorang diantara kita. mengingat, orang manapun bisa menjadi bahan cemooh orang lain, menjadi guyonan, direndahkan orang lain, dll. Dan, jika ada orang bernama ‘Allah’, maka sangat tidak baik.
Berbeda halnya, jika kita menambahkan nama ‘Allah, Arrohman, Arrohiim, dll’ dengan tambahan Abdu yang akan menjadi ‘Abdullah, Abdurrohman, Abdurrohim’ dengan makna hamba Allah, hamba sang maha pengasih, dll.
Dengan ditambahkan Abdu sebelum ‘Allah’ tersebut, maka malahan sangat dianjurkan.
Teringat sebuah penjelasan dari guru saya, bahwa urutan nama2 terbaik yang pertama adalah nama Abdullah, disusul dengan Abdurrahman, Abdurrahiim, dts. disusul dengan yang namanya Muhammad . . . .
Jadi, jika ingin menambahkan Asma Allah, maka harus ditambahkan kalimat Abdu yang berarti Hamba. sehingga bisa menjadi nama yang baik dan tidak merendahkan nama Sang Pencipta, Allah SWT.
Salam Hangat, ardan7779.